Teknologi dalam Konstruksi Bangunan Borobudur.
Borobudur, sebuah candi megah di Magelang, Jawa Tengah, diperkirakan
dibangun sekitar tahun 824 Masehi oleh Raja Mataram bernama Samaratungga
dari dinasti Syailendra. Candi yang begitu berat itu berdiri kokoh
tanpa ada satu paku pun juga tertancap di tubuhnya.
Pertanyaan pun selama ini mengemuka: bagaimana membangun Borobudur tanpa
menancapkan ratusan paku untuk mengokohkan pondasinya, dan bagaimana
batu-batu berat yang membentuk Borobudur itu diangkat ke lokasi
pembangunan di atas bukit?
Kecanggihan masa kini pun sulit menjelaskan logika di balik pembangunan
Candi Borobudur. Peneliti Indonesia dari Bandung Fe Institut, mencoba
menjawabnya. Ketiga peneliti muda itu, Hokky Situngkir, Rolan Mauludy
Dahlan, dan Ardian Maulana, menjelaskan, pembangunan Candi Borobudur
menggunakan teknologi berbasis geometri fraktal.
Fraktal adalah bentuk geometris yang memiliki elemen-elemen yang mirip
secara keseluruhan. Wujud fraktal kasar dan dapat dibagi-bagi dengan
cara yang radikal. Fraktal memiliki detail yang tak terhingga, dan dapat
memiliki struktur serupa pada tingkat perbesaran yang berbeda. Istilah
‘faktal’ yang diambil dari bahasa Latin itu ditemukan oleh Benoit
Mandelbrot pada tahun 1975.
Geometri fraktal itulah yang tampak pada stupa-stupa Candi Borobudur.
Seperti kita ketahui, Candi Borobudur merupakan stupa raksasa yang di
dalamnya terdiri dari stupa-stupa lain yang lebih kecil. Peneliti
Bandung Fe Institut membuktikan, Candi Borobudur ternyata dibangun
dengan prinsip-prinsip fraktal. Namun apakah teori fraktal pada masa
lalu telah ditemukan dan diimplementasikan secara sadar oleh nenek
moyang kita, masih harus diteliti lebih lanjut.
Sumber_ VIVAnews dan http://merahitam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar